Cerita Pendek “Perjalanan Jauh Dengan Cinta nya” | Oleh Alkana Alvno

Cerpen, KaryaBy Des 07, 2024 No Comments

Cerita Pendek "Perjalanan Jauh Dengan Cinta nya"
Src: wallpaperflare.com

Jakarta, kota yang tak pernah lelah menari dengan hiruk-pikuknya, menyimpan kisah yang sering kali luput dari perhatian. Di tengah teriknya mentari dan arus manusia yang tak berhenti berlalu-lalang, ada perjalanan kecil yang membawa arti besar—sebuah perjalanan dengan cinta sebagai penuntunnya.


Jakarta, terik mentari menyinari. Aku bertemu denganmu di sebuah tempat yang biasa kita temui. Aku mencari-cari keberadaanmu sampai akhirnya melihat lambaian tangan darimu. Aku pun menghampirimu.

“Hai, ayo jadi kita mau ke mana nih?” katamu. Aku berpikir sejenak.
“Hmm, kayaknya perpus biasa aja deh,” jawabku.
Kamu pun menyetujuinya.

Kami mulai berjalan ke perpustakaan, sekitar 20 menit, di tengah banyaknya manusia yang berlalu-lalang.

“Kamu yakin, Eks, mau ke sana? Kamu lihat, kita nggak bisa lewat sana, Eks. Jalan mana lagi?” tanyamu sedikit kesal, mungkin karena panasnya Jakarta hari ini.
“Sebentar, kita lihat maps dulu ya, Na,” jawabku mencoba menenangkan.

Akhirnya, kami mengikuti arah dari maps. Sebenarnya, tanpa maps, kami bisa saja bertanya-tanya. Tetapi, dengan manusia yang padat begini, apa bisa? Setelah berjalan selama 20 menit, sampailah kami di arah tujuan.

Astaga! Satpam berkata perpustakaan tutup hari ini, ya karena ada acara TNI. Kami pun duduk sebentar dan meminum air.

“Na, tutup gimana nih?” katamu.
Aku berpikir, apa ke perpustakaan lain saja, atau ke museum? Siapa tahu tidak tutup.
“Gimana kalau kita ke Museum Taman Ismail Marzuki? Jauh nggak ya, Eks?” tanyamu lagi.
Kamu pun langsung membuka maps untuk mengetahui seberapa lama.
“Nggak jauh sih, Na, sekitar 30 menit,” katamu.

Kami langsung berjalan lagi di tengah banyaknya orang dan TNI di pinggir jalan. Siapa yang nggak suka, coba? Kami melewati banyak pedagang dan juga pawai militer.

“Berapa menit lagi, Eks? Capek nih,” kataku sambil mengelap sedikit keringat.
“10 menit lagi, Alkana. Ayo lah, sebentar lagi,” katamu dengan semangat.

Aku berjalan secepat mungkin. Sesampainya di museum, ternyata di sebelahnya ada perpustakaan juga.
“Na, kapan-kapan aja ya kita ke museum. Kita ke perpus aja ya,” katamu.

Aku hanya mengangguk, sudah lelah rasanya. Setelah registrasi, kami menaiki tangga eskalator. Ternyata, selama ini yang kulihat di sosmed, aslinya lebih bagus. Aku pun mengambil buku pertama berjudul Aku Tak Membenci Hujan.

Setelah selesai membaca buku, kami menuju aula gedung sebelah. Di samping aula, ada kolam ikan.
“Lihat deh, ikannya lucu yaa,” kataku sambil menunjuk salah satu ikan.
“Iya, lucu banget. Kayak kamu tuh, Na,” jawabmu sambil menyentuh hidungku.
“Ihh, jail banget sih, Eks,” jawabku sambil tertawa. Kami pun beriang gembira.

Oleh : Alkana Alvno

Di akhir hari, lelah kami terbayar dengan tawa dan momen-momen sederhana yang penuh makna. Perjalanan panjang ini bukan sekadar langkah-langkah menuju tujuan, tetapi juga jejak kecil yang kami ukir bersama—mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati sering kali tersembunyi di balik hal-hal yang tampak biasa.

Setelah baca ini, jangan lupa baca Kekasih Bayangan ya! Karna cerita nya nyambung kesini. 

Karya kamu mau di post juga?
Klik disini Untuk hubungi Admin ya! 

 

Find me :

ddandrn
Author

Dede Andrian (ddandrn) – Penulis dan Blogger di ddandrn.com. Mengkhususkan diri dalam sastra, termasuk prosa dan puisi. Berbagi wawasan, karya, serta pengetahuan untuk menginspirasi pecinta sastra. Temukan lebih banyak melalui tulisan dan media sosialnya.

No Comments

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *