Src: wallpaperflare.com |
Hidup adalah teka-teki yang tak pernah selesai kita susun. Di setiap sudutnya, ada serpihan harapan, luka, dan kebingungan yang terus menuntut untuk kita pahami. Tetapi, apakah memahami selalu menjadi tujuan? Ataukah kita hanya menjalani, melangkah di antara tanya tanpa kepastian?
Hidup macam apa yang sedang kita jalani?
Langkah-langkah ini terasa hampa, seperti menyusuri jalan setapak yang berliku, tanpa penanda, tanpa ujung. Adakah arti dalam setiap langkah? Ataukah kita hanya berjalan untuk melupakan jejak, berharap angin menghapus jejak yang terlalu berat untuk diingat?
Perjuangan seperti apa yang harus dibuat?
Apakah kita ini prajurit tanpa medan perang, melawan bayang-bayang yang diciptakan oleh pikiran sendiri? Aku melihat diriku di cermin, bukan sebagai aku, melainkan sebagai bayang yang terperangkap di kaca, ingin keluar tetapi tak tahu bagaimana. Apa gunanya berperang, jika akhirnya kita selalu kalah melawan waktu?
Akhir macam apa yang kita kejar?
Langit berwarna abu-abu, menggantung pertanyaan seperti awan yang enggan menumpahkan hujan. Kita mengejar sesuatu, entah apa, yang terasa nyata hanya dalam mimpi. Kadang aku berpikir, mungkinkah akhir itu sebenarnya awal dari kehampaan baru? Atau sekadar jalan buntu tempat kita menyerah pada takdir?
Adakah jawaban dari setiap pertanyaan yang dilanturkan?
Aku duduk di tepi malam, ditemani suara jangkrik yang menggigit kesunyian. Mereka mungkin tahu jawabannya, tapi bisu. Adakah gunanya bertanya, jika dunia ini terlalu sibuk dengan kebisingan untuk mendengar? Barangkali, hidup ini memang bukan tentang menemukan jawaban, melainkan belajar hidup dalam pertanyaan yang tak pernah selesai.
Malam ini, aku merasakan keheningan berbicara. Ia bertutur bahwa tak semua perjuangan membutuhkan peta. Tak semua akhir membutuhkan perayaan. Dan tak semua jawaban berbentuk kata. Kadang, jawaban itu hanyalah perasaan—perasaan bahwa, meski terluka, kita tetap memilih untuk berjalan.
Hidup ini mungkin hanyalah puisi yang tak selesai, bait demi bait ditulis dengan luka dan tawa. Dan kita, penulis yang terlalu takut untuk menulis kata “akhir.”
Oleh: senyuminaja0
Mungkin hidup ini tak pernah menjanjikan jawaban. Ia hanya memberikan ruang untuk bertanya, untuk merasakan, untuk terus melangkah meski tanpa peta. Dan pada akhirnya, bukan jawaban yang membuat kita tetap hidup, tetapi keberanian untuk menerima bahwa pertanyaanlah yang membuat kita terus ada.
Karya kamu mau di post juga?
Klik disini Untuk hubungi Admin ya!
Find me :
- Facebook: ddandrn
- Instagram: ddandrn
- Twitter: ddandrn
- Youtube: ddandrn
- Channel Telegram: Prosa Indonesia
No Comments