Ketika pertama kali mendengar istilah puisi lama, saya sempat merasa bingung. Bukannya semua puisi itu “lama” kalau ditulis bertahun-tahun lalu? Tetapi ternyata, setelah saya pelajari lebih dalam, istilah ini bukan sekadar soal usia, melainkan jenis, aturan, dan struktur yang melekat dalam karya sastra tersebut. Artikel ini akan membahas apa saja yang membedakan puisi lama dan puisi baru, dan lebih spesifik lagi, menjawab pertanyaan: “Apa saja yang bukan termasuk puisi lama?”
Memahami Apa Itu Puisi Lama
Puisi lama adalah jenis puisi yang terikat oleh aturan tertentu. Ini mencakup jumlah baris, rima, irama, hingga kata-kata yang digunakan. Contohnya adalah pantun, syair, gurindam, dan mantra. Puisi lama biasanya lahir dari tradisi lisan, diwariskan turun-temurun, dan seringkali digunakan untuk menyampaikan nasihat, cerita rakyat, atau bahkan doa.
Saya ingat pertama kali membaca pantun di buku sekolah dasar. Rasanya seperti membaca teka-teki, karena isinya sering menggunakan simbol atau kiasan. Tapi justru di situ letak keindahannya. Puisi lama memang penuh dengan nuansa tradisional yang menggambarkan kehidupan masyarakat pada masanya.
Namun, ada satu hal yang membuatnya unik: puisi lama sangat “kaku.” Semua aturan harus diikuti. Tidak ada ruang untuk improvisasi seperti dalam puisi modern. Ini sebabnya beberapa jenis puisi yang kita kenal saat ini tidak termasuk kategori puisi lama.
Apa Saja Ciri-Ciri Puisi Lama?
Untuk memahami apa yang bukan termasuk puisi lama, kita harus tahu ciri-ciri utamanya:
- Terikat Aturan
Puisi lama selalu mengikuti aturan jumlah baris, rima, dan irama. Misalnya, pantun selalu terdiri dari empat baris dengan pola rima a-b-a-b. Gurindam hanya terdiri dari dua baris yang berima sama, dan isinya berupa nasihat. - Berasal dari Tradisi Lisan
Sebelum ada tulisan, puisi lama disampaikan secara lisan. Ini membuat bahasa dan struktur kalimatnya mudah diingat. - Menggunakan Bahasa Kuno atau Tradisional
Puisi lama sering memakai bahasa yang sudah jarang digunakan, seperti kata-kata dalam bahasa Melayu klasik. - Anonim
Penulis puisi lama biasanya tidak diketahui, karena karya ini lebih berfungsi sebagai bagian dari budaya kolektif.
Jenis-Jenis Puisi Lama
Untuk lebih jelas, berikut adalah beberapa jenis puisi lama yang terkenal:
- Pantun
- Terdiri dari 4 baris.
- Baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi.
- Pola rima: a-b-a-b.
- Contoh:
Buah mangga buah durian,
Dimakan si anak raja.
Kalau ingin hidup aman,
Jangan lupa berbuat jasa.
- Syair
- Semua baris adalah isi (tidak ada sampiran).
- Pola rima: a-a-a-a.
- Gurindam
- Terdiri dari 2 baris.
- Biasanya berupa nasihat.
- Contoh:
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
Lihat kepada budi dan bahasa.
- Mantra
- Mengandung unsur magis dan biasanya digunakan dalam upacara adat atau ritual tertentu.
Yang Bukan Termasuk Puisi Lama
Nah, sekarang ke inti pertanyaan. Puisi apa saja yang bukan termasuk puisi lama? Jawabannya adalah jenis-jenis puisi yang tidak mengikuti ciri-ciri di atas. Beberapa contohnya adalah:
- Puisi Bebas
Puisi ini lahir dari perkembangan puisi modern. Tidak ada aturan rima, jumlah baris, atau irama yang harus diikuti. Penulis bebas berekspresi. Salah satu contoh puisi bebas yang terkenal adalah karya Chairil Anwar seperti Aku:
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuangPuisi ini jelas bukan puisi lama, karena tidak terikat oleh aturan yang kaku.
- Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer cenderung eksperimental. Kadang-kadang, bentuknya tidak seperti puisi sama sekali. Ada yang menggunakan tata letak visual tertentu untuk menyampaikan pesan. - Limerick
Limerick adalah bentuk puisi pendek dari Barat yang biasanya bersifat humoris. Struktur dan gaya bahasa limerick jelas berbeda dari puisi lama Indonesia. - Haiku
Haiku berasal dari Jepang, dengan struktur 5-7-5 suku kata. Meskipun memiliki aturan tertentu, haiku bukan puisi lama karena berasal dari tradisi sastra yang berbeda.
Mengapa Penting Memahami Perbedaannya?
Ketika saya pertama kali belajar tentang puisi lama dan baru, saya berpikir, “Kenapa sih kita harus tahu ini semua? Bukannya puisi itu hanya soal keindahan kata-kata?” Tapi ternyata, memahami perbedaannya membantu kita menghargai konteks budaya dan sejarah di balik setiap jenis puisi.
Misalnya, ketika membaca pantun, saya jadi mengerti bahwa pola sampiran dan isi itu bukan sekadar estetika, tapi juga cara masyarakat dahulu menyampaikan pesan secara halus. Di sisi lain, puisi bebas seperti karya Chairil Anwar memberikan kebebasan berekspresi yang lebih sesuai dengan zaman modern.
Pelajaran yang Bisa Dipetik
Jika Anda seorang penulis atau pecinta sastra, mengenal jenis-jenis puisi membantu Anda memilih bentuk yang paling cocok untuk menyampaikan pesan. Kadang-kadang, ada baiknya mengikuti aturan seperti dalam puisi lama. Tapi di lain waktu, kebebasan dalam puisi baru justru lebih relevan.
Sebagai penutup, puisi lama dan puisi baru memiliki tempatnya masing-masing dalam dunia sastra. Keduanya saling melengkapi, memberikan kita pilihan untuk berekspresi sesuai dengan kebutuhan dan konteks.
Jadi, apa pun jenis puisi yang Anda pilih untuk ditulis atau dinikmati, selalu ingat bahwa sastra adalah tentang komunikasi dan emosi. Semoga perjalanan Anda memahami puisi semakin memperkaya wawasan dan kreativitas Anda
No Comments