Ada yang selalu hadir di batas antara nyata dan bayang; ia berwujud rindu yang menjelma sajak, membisikkan cinta pada tiap hela napas. Di sini, aku menunggu, di sela senyap yang memanggil namamu, merangkai kata-kata ini untukmu.
Menunggu semu memudar dalam belain manja,
Aku meromantisasi bayang-bayangmu jadi sajak-sajak putih, bersih ‘tak bernoda.
Biar kubacakan untukmu, hingga rona semerah tomat segar bertandang di kedua pipi lembutmu.
Besok-besok,
Peluk aku, hujani lelahku dengan ciuman, sampai pergi ke awang-awang.
Minimalisir kecewa yang mana tahu menanti di ujung penantian, sekarang.
Demi gadis yang kau sayang ini, demi aku, kau, kelangsungan mesra kita berdua.
Bertahan sebentar,
Kau dan aku,
Saling jumpa di titik temu itu nanti.
Aku di seberang kanan, mengemban asa serta rasa,
sedang kau dari ujung kiri, ditemani beribu puja-puji.
Sisakan satu sanjung untuk aku simpan, atau semuanya,
Dariku, gadismu.
Ah, satu lagi, dasar aku pelupa,
Jangan sekali-kali, kau coba usir kupu-kupu biru di halaman rumahmu.
Itu suruhanku, anggap saja sebagai pemberitahu empunya rerumputan hijau:
jika aku sedang rindu pada priaku.
Oleh: Lembayung Amerta
Dan bila waktu mengizinkan kita bertemu di ujung penantian, aku akan menyimpan sanjungmu di hatiku. Sampai saat itu tiba, biarkan kupu-kupu biru tetap di halamanmu; ia menjadi saksi rinduku pada pria yang selalu kupuja.
Karya kamu mau di post juga?
Klik disini Untuk hubungi Admin ya!
Find me :
- Facebook: ddandrn
- Instagram: ddandrn
- Twitter: ddandrn
- Youtube: ddandrn
- Channel Telegram: Prosa Indonesia
No Comments