Tafakur | Puisi Liris Oleh DN_aksaradiksi

Karya, Puisi By Nov 11, 2024 2 Comments

Tafakur | Puisi Liris
src: pxhere.com

Kala senja perlahan menyelimuti langit dengan lembayungnya yang merona, ada satu isyarat halus yang mengingatkanku pada jejak kepergianmu. Sebuah kehilangan yang muncul begitu saja, tak pernah kuinginkan atau kuantisipasi untuk hadir, namun nyatanya meninggalkan jejak di relung yang tak tergantikan. 

Di sana, rindu menggeliat dalam diam, bersembunyi di balik lapisan keraguan, menyisakan kehampaan yang tak terucap, penuh dengan tanya yang menggantung tanpa jawaban—tanya tentang dirimu yang memilih mundur, meninggalkan tanpa sepatah kata, tanpa perpisahan yang nyata


” Lambaian lembayung lalu mengisyaratkanku atas kehilanganmu 
melepas yang tak sebenarnya inginku lepas, mengikhlaskan yang sebenarnya aku tak benar-benar ikhlas.

Aku sempat mengaksarakan ragamu dalam bahagia
aku sempat menjadikanmu halusinasi perihal keindahan dunia
mengikat jiwamu pada sanubariku.

Lambaian lembayung lalu memberiku sebuah kabar
kabar yang sempat kuanggap sebagai kabar burung
adalah kabar dimana engkau tiba-tiba mundur.

Sampai titik ini aku masih mencari letak salahku
aku menelisik berlembar-lembar buku
namun tak pernah kutemukan sesuatu yang mencurangiku
aku dalam ruang pengap mencari puing-puing salahku.

Di mana kesalahan itu? 

Atau aku salah dalam mengaksarakan setiap gerakmu
sampai saat ini aku masih dalam tafakur.
Mencari titik-titik yang kau tinggalkan sebagai tanda tanya di kepalaku
perihal kemunduranmu kala itu. “


Oleh: DN_aksaradiksi

Kini, dalam kesendirian yang baru, aku perlahan belajar menerima bahwa tak semua pertanyaan memerlukan jawaban, bahwa kadang kala, yang tersisa hanyalah waktu untuk melupakan. Jika lembayung mengajarkanku satu hal, itu adalah menerima segala perpisahan dengan ketulusan, membiarkannya membaur, hingga aku tak lagi mencari, dan mungkin—pada akhirnya—tak lagi merasa terluka.

Find me : 

Author

2 Comments

  1. Luka berkata:

    dan akhirnya kita sudah menjadi orang asing waktu demi waktu. aku ga akan pernah menghalangimu untuk berbahagia, pilihlah bahagia yang menurutmu terbaik untukmu, jikapun itu bukan aku tak mengapa, sejalannya waktu, aku coba menerima takdir yang bukan milik aku -L 11-11-2024

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *