Puisi Lama

Apabila Dilihat dari Segi Persamaan Bunyi pada Ujung Baris, Puisi Lama Syair Mempunyai Pola yang Menarik untuk Dipelajari

Blog By Des 18, 2024 No Comments

Jika kita bicara tentang syair, salah satu hal yang paling menonjol adalah pola persamaan bunyi pada setiap ujung barisnya. Pola ini dikenal sebagai pola rima. Sebagai salah satu bentuk puisi lama, syair punya keunikan tersendiri yang membuatnya tetap relevan hingga sekarang. Bukan sekadar rangkaian kata indah, syair juga merupakan cerminan budaya, nilai, dan kehidupan masyarakat di masa lampau.

Baca juga:
Mengapa Menulis Puisi Menggunakan Kata yang Indah?
Sebuatkan Jenis-jenis Puisi Lama


Pola Rima Syair: A-A-A-A

Kebanyakan dari kita mungkin sudah tahu, syair memiliki pola rima a-a-a-a. Ini berarti setiap baris dalam satu bait syair diakhiri dengan bunyi yang sama. Misalnya:

Buah mangga buah durian,
Dimakan pagi di dalam taman,
Hati ceria badan pun nyaman,
Berkat doa dan keikhlasan.

Ketika pertama kali belajar tentang syair, saya agak bingung dengan keharusan pola rima yang begitu konsisten. Jujur saja, rasanya menantang untuk membuat semua baris memiliki bunyi yang sama, apalagi kalau Anda tidak terlalu puitis seperti saya. Tapi justru di situlah letak keindahan syair. Ia mengajarkan kedisiplinan dalam berbahasa dan kemampuan bermain kata.

Kenapa Pola Ini Penting?

Dulu saya pikir pola rima ini hanya soal estetika. Ternyata, ada alasan yang lebih dalam. Syair sering digunakan untuk menyampaikan pesan moral, nasihat, atau bahkan cerita. Pola rima yang konsisten memudahkan orang untuk mengingatnya. Coba bayangkan, di masa lalu, banyak karya sastra seperti syair ditransmisikan secara lisan. Pola rima membuatnya lebih mudah dihafal dan disampaikan ke generasi berikutnya.

Kesalahan Pertama Saya Membuat Syair

Waktu pertama kali mencoba menulis syair, saya terlalu fokus pada rima tanpa memperhatikan isi. Akibatnya, syair saya terasa kosong dan tidak bermakna. Contohnya:

Ikan paus berenang ke laut,
Singgah sebentar di dekat selat,
Mendengar suara burung yang salat,
Meninggalkan kesan yang begitu hangat.

Lucu, kan? Rima-nya memang pas, tapi isinya tidak jelas. Dari situ saya belajar bahwa membuat syair bukan hanya soal menyusun kata dengan bunyi yang sama. Ada seni dan pesan di dalamnya yang harus dirangkai dengan hati-hati.

Tips Membuat Syair dengan Pola Rima A-A-A-A

  1. Mulai dengan Tema
    Tentukan dulu tema yang ingin Anda sampaikan. Apakah itu tentang kehidupan, cinta, alam, atau nasihat? Tema akan menjadi panduan dalam memilih kata-kata.
  2. Pilih Kata Kunci dengan Akhiran yang Sama
    Dalam syair, kata kunci adalah fondasi. Misalnya, jika Anda ingin menggunakan akhiran “-an”, cari kata-kata yang sesuai seperti “kawan”, “harapan”, “ingatan”.
  3. Rangkai Kalimat dengan Alur yang Logis
    Jangan hanya fokus pada rima. Pastikan setiap baris punya hubungan logis satu sama lain. Kalau syair bercerita, alurnya harus mengalir.
  4. Gunakan Sinonim dan Peribahasa
    Untuk menghindari repetisi yang membosankan, manfaatkan sinonim atau peribahasa. Ini membuat syair lebih variatif dan menarik.
  5. Latihan dan Refleksi
    Jangan takut untuk mencoba dan gagal. Semakin sering Anda berlatih, semakin tajam intuisi Anda dalam merangkai kata.

Makna di Balik Kesederhanaan Syair

Sebagai puisi lama, syair sering dianggap kuno. Tapi menurut saya, justru dalam kesederhanaannya terkandung banyak kebijaksanaan. Syair mengingatkan kita pada pentingnya ketepatan kata dan harmoni bunyi. Selain itu, ia juga menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan.

Jadi, kalau Anda merasa tertarik, cobalah menulis syair. Tidak hanya menyenangkan, tapi juga memberi pelajaran tentang bagaimana berbahasa dengan penuh makna. Pola rima yang konsisten mungkin awalnya terlihat sulit, tapi percayalah, semakin Anda mencoba, semakin terasa nikmatnya seni ini!

Author

No Comments

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *