Hujan baru saja reda, menyisakan genangan kecil di jalan-jalan kota yang sepi. Di bawah cahaya lampu jalan yang redup, aku melihatnya berdiri, menggenggam payung hitam yang tertutup. Sosok itu menatap langit, seakan mencari jawaban dari sesuatu yang tak pernah terucapkan. Aku mengenalnya, atau setidaknya, aku pikir aku mengenalnya. Namanya Fira, perempuan yang hadir seperti angin: sekejap datang, sekejap hilang. Kami…