Ini bukan lagi soal usia, tetapi soal waktu. Waktu yang akan terus berjalan, waktu yang tidak ada batasan. Semua sudah ditentukan: kapan kematian, kapan kelahiran. Cepat atau lambat, keduanya sama. Tidak semua mengerti tentang waktu. Ada yang mengisi kekosongan, ada yang membuang waktu. Tidak semua bisa menghargai waktu. Oleh: Alkana Alvno
Analisis Puisi Filosofis “Tentang Waktu” oleh Alkana Alvno
“Tentang Waktu” adalah sebuah puisi pendek karya Alkana Alvno yang mengusung tema filosofis tentang eksistensi dan makna waktu. Puisi ini dengan cermat menggambarkan waktu sebagai elemen yang tak terelakkan, tak terhentikan, dan penuh misteri. Sebagai pembaca, puisi ini mengundang kita untuk merenung tentang bagaimana kita memanfaatkan waktu yang dimiliki.
Baca Karya Alkana Alvno Lainnya disini!
– Karya Alkana Alvno
Jujur, pertama kali saya membaca puisi ini, saya merasa tersentil. Waktu sering kita anggap remeh, bukan? Tapi Alkana, lewat bait-baitnya yang sederhana namun tajam, seolah mengguncang kesadaran kita.
Detail Puisi Filosofis “Tentang Waktu”
Bait Pertama:
“Ini bukan lagi soal usia,
tetapi soal waktu.”
Dua baris pembuka ini langsung menghadirkan kontras antara usia dan waktu. Usia sering kita ukur sebagai angka, sebuah patokan. Namun, Alkana menegaskan bahwa waktu lebih dari itu—waktu adalah esensi yang melampaui angka-angka. Pernyataan ini mengajak kita untuk melihat hidup dari perspektif yang lebih mendalam: bukan seberapa lama kita hidup, tetapi bagaimana kita menjalani waktu yang kita miliki.
Bait Kedua:
“Waktu yang akan terus berjalan,
waktu yang tidak ada batasan.”
Bait ini seperti pengingat keras bahwa waktu itu abadi dan tak terhentikan. Suka atau tidak, waktu terus berjalan. Ada perasaan getir di sini, seperti menyadarkan kita bahwa waktu tidak peduli pada manusia. Pernah nggak sih kalian merasa ingin menghentikan waktu? Sayangnya, waktu nggak pernah mau kompromi.
Bait Ketiga:
“Semua sudah ditentukan:
kapan kematian,
kapan kelahiran.
Cepat atau lambat, keduanya sama.”
Ada nuansa determinisme dalam bait ini, bahwa segala hal—kelahiran dan kematian—sudah digariskan. Baris “Cepat atau lambat, keduanya sama” menekankan bahwa durasi hidup bukanlah inti persoalan. Alkana menyiratkan bahwa apa pun akhirnya, yang penting adalah bagaimana kita memaknai perjalanan antara dua titik tersebut.
Bait Keempat:
“Tidak semua mengerti tentang waktu.
Ada yang mengisi kekosongan,
ada yang membuang waktu.
Tidak semua bisa menghargai waktu.”
Bait penutup ini menurut saya adalah kritik sosial sekaligus ajakan refleksi. Ada kesenjangan antara mereka yang memahami nilai waktu dan mereka yang menyia-nyiakannya. Pernah nggak, kita terlalu sibuk melakukan hal-hal yang sebenarnya nggak penting? Alkana seperti berkata, “Hei, sadarlah! Apa yang sedang kamu lakukan dengan waktumu?”
Interpretasi Pribadi Tentang Karya ini,
Menurut saya, puisi ini istimewa karena mampu membahas topik yang berat dengan cara sederhana. Alkana berhasil memadatkan refleksi eksistensial tentang waktu menjadi empat bait pendek yang terasa dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Ada perasaan melankolis tapi juga motivasi terselubung dalam puisi ini. Ia tidak hanya mengajak kita untuk merenung, tapi juga bertindak. Saya jadi berpikir: Apakah saya sudah benar-benar menghargai waktu saya? Bagaimana dengan kalian?
Kesimpulannya Tentang Karya Alkana Alvno,
“Tentang Waktu” adalah puisi yang tidak hanya membahas konsep abstrak tentang waktu, tetapi juga berbicara langsung pada pembaca tentang bagaimana kita menghidupi waktu kita. Dampaknya emosional, filosofis, dan praktis.
Jadi, apa yang akan kalian lakukan dengan waktu yang kalian miliki? Apakah kalian ingin menjadi yang “mengisi kekosongan” atau yang “membuang waktu”? Ah, mungkin ini cuma saya saja yang merasa begini—tapi siapa tahu, kalian juga merasakannya? 😊
Karya kamu mau di Analisis dan post juga? Klik disini Untuk hubungi Admin ya!
Follow Us:
– Youtube
– Channel Telegram
– Fan Page Facebook
No Comments