Puisi Liris “Aku Pamit” | Oleh ddandrn

Karya, Puisi By Des 08, 2024 4 Comments

Puisi Liris "Aku Pamit"

Di tengah kesunyian yang menggulung malam, aku menyadari satu hal: kepergian bukan sekadar langkah menjauh, melainkan penyerahan diri pada takdir yang tak terhindarkan.

Perlahan, aku tenggelam dalam bisikan malam,
Mengembara menuju kepergian yang tak mengenal kembali.
Hadirku menjelma menjadi bayang yang samar,
Tanpa niat lagi menyentuh keresahanmu yang rapuh.

Dalam keheningan aku meniti jejak,
Mengingkari napas, menghapus jejak ragu yang tertinggal.
Perlahan, aku sirna ke dalam sudut keabadian,
Membisikkan ketulusan yang terbalut kepedihan.

Pergilah. Biarkan aku menjadi angan tanpa suara,
Ucapan selamat tinggal ini tak butuh belas kasihan.
Kau, teruslah bersinar dalam kebebasan tanpa batas,
Sementara aku menyusup pergi, mengusir bayang yang terusik.

Kenangan kita hanyut, larut dalam arus masa lalu,
Kau dan aku, terpisah dalam deras arus berbeda.
Perlahan lenyap di antara jeda yang tak teraih.
Namun, terima kasih, untuk harapan yang pernah terlantun dalam doa.

Oleh: ddandrn

Dan kini, biarkan semua menjadi angin yang berlalu, membawa kenangan kita menuju keabadian, tanpa dendam, hanya syukur yang tersisa.

Karya kamu mau di post juga? 
Klik disini Untuk hubungi Admin ya! 

Find me : 

Author

4 Comments

  1. wirasanjaya berkata:

    Dari setiap pamit yang kemudian menjauh, apakah rasa sakit kelak benar akan sembuh?

    1. ddandrnadm berkata:

      Dari setiap pamit yang merenggangkan jarak,
      rasa sakit ibarat hujan yang jatuh menyesaki tanah.
      Namun, waktu adalah matahari, menguapkan luka menjadi pelangi.
      Meski tak ada janji untuk sepenuhnya sembuh,
      ada keyakinan bahwa hati mampu tumbuh—
      menjadi taman baru, tempat kenangan bersemi tanpa lagi menyayat.

  2. tanpa nama berkata:

    —menjadi sulit itu ketika. saat kita tau bahwa orang yang kita cintai sekarang ini, hatinya sedang mengagumkan seseorang yang lain

    1. ddandrnadm berkata:

      Barangkali, ini adalah waktu untuk kembali pada diri sendiri, menata hati, dan menyadari bahwa cinta yang sejati sering kali berawal dari mencintai diri sendiri.

      Percayalah, semesta tak pernah kehabisan cara untuk mempertemukan dua jiwa yang benar-benar ditakdirkan bersama. Biarkan waktu bekerja, biarkan luka perlahan menjadi pelajaran, dan biarkan hati kembali menemukan cahaya.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *