Kala senja menyapa Mataram, Mentari semakin redup perlahan.
Di antara temaram dan kesenyapan, Kutulis rindu dalam lembaran.
Tanah sang Sultan,
Yang ditempati orang-orang istimewa,
Jogja memiliki jalinan erat pada adat istiadat.
Keraton milik sang Raja,
Putri Agung, parasnya yang menawan,
Khas dengan ciri dalam tubuhnya,
Tak semua bisa jadi ia.
Jogja, aku titip ia sang angin,
Yang tak memiliki keinginan.
Bila nanti ia datang, sambutlah dengan rindu,
Seraya ia pamit, tunggu ia kembali bersamaku.
Hujan merindu disertai dengan abu,
Entah kapanpun itu, aku menyusul dengan waktu.
Jikalau tak sempat, ku titip pada temu,
Untuk memberitahu, walau mimpi yang tak pasti.
Oleh: Alkana Alvno
Biarkan waktu mengukir cerita, Di tanah para raja yang bijaksana.
Jogja tetap abadi dalam jiwa, Meski langkahku menjauh dari singgasana.
Baca juga:
– Puisi Liris “Lukisan Kata”
– Puisi Liris “Monolog Luka”
Karya kamu mau di post juga?
Klik disini Untuk hubungi Admin ya!
Find me :
- Facebook: ddandrn
- Instagram: ddandrn
- Twitter: ddandrn
- Youtube: ddandrn
- Channel Telegram: Prosa Indonesia
No Comments